Nama Bukan Sekedar Kata

Pembentukan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) merupakan fenomena baru di Fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR). Pembentukan BEM telah l...

Pembentukan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) merupakan fenomena baru di Fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR). Pembentukan BEM telah lama tercium sejak kinerja Badan Koordinasi mahasiswa (BKM) dinilai tidak efektif. Nama BKM pun dinilai tidak familiar oleh BEM di Universitas Sebelas Maret (UNS) atau universitas lain sebagai organisasi mahasiswa.

Nama sebenarnya tidak hanya sebagai label dari suatu objek. Nama dapat dikatakan sebagai cerminan dari esensi suatu objek. Jika kita masih ingat perkataan William Shakespeare, tentunya kita akan segera menertawakannya. “Apalah arti sebuah nama, wangi mawar akan tetap menjadi wangi mawar meski dia berganti nama” begitulah pernyataannya dalam kisah Romeo dan Juliet.

Tentu saja pernyataan Shakespear tidak selalu bisa diterapakan dalam berbagai fenomena yang ada. Begitu pula dengan kasus pergantian BKM dan BEM. Banyak kalangan yang mangatakan transisi ini hanya sekedar pergantian nama. Patut diperhatikan bahwa nama tidak hanya sekedar kata. Sebuah esensi melekat pada sebentuk nama. Begitu pula dengan idealisme maupun pemikiran yang tersimpan dalam sebuah nama. BKM dan BEM tentunya tak bisa disamakan. Ada rasa dan idealisme yang berbeda dari kedua nama tersebut.[]