Muka UNS Tampil Beda

Terkadang, ketika seorang manusia mengalami puncak aktifitas dalam hidupnya, ia akan mengalami tingkat kejenuhan yang sangat tinggi. Disaat ...

Terkadang, ketika seorang manusia mengalami puncak aktifitas dalam hidupnya, ia akan mengalami tingkat kejenuhan yang sangat tinggi. Disaat itulah istilah “refreshing” mulai digunakan dan diaplikasikan, dengan me-refresh diri, seseorang bisa kembali segar dan mudah untuk berpikir. Tetapi semua hal harus sesuai takaran, refreshing pun harus sesuai porsinya, tak kurang dan tak lebih. Namun, bagaimana jika keinginan untuk melakukan penyegaran diri itu harus terhalang oleh peraturan baru?

Boulevard ber-metamorfosa
Tiga tahun terakhir, trotoar bagian depan kampus minim jamahan, perbaikan pun dilakukan untuk meremajakan paving-paving yang rusak di sana sini. Bukan hanya sebagian, tapi perbaikan ini mengubah keseluruhan dari model paving di trotoar itu sendiri. “Pavingnya tidak seperti yang kemarin, memang dibuat untuk keindahan. Juga ada akses fable bagi para penyandang cacat”, ungkap Kepala Rumah Tangga Universitas. Benar saja, bagian ujung dari trotoar itu sengaja dibuat landai guna memudahkan saudara kita yang kurang sempurna untuk melewatinya dengan aman.
Awalnya, pohon-pohon di sepanjang trotoar akan ditebang karena dianggap sebagai salah satu penyebab rusaknya paving. Akar pohon tersebut membuat paving “bengkah” dan akhirnya rusak. “Saya sempat mengusulkan untuk ditebang saja, tapi masih ada pertimbangan tentang kerindangan pejalan kaki” jelas Drs. Sunit Marwoko, Kepala Bagian Perencanaan. Akan tetapi hal ini urung dilakukan atas alasan kenyamanan.
Selain perbaikan paving, proyek tamanisasi pun turut menjadi bagian dalam renovasi ini. Pohon palem raja setinggi 4-5 meter ditanam di sisi kanan atau kiri trotoar. Pagar kecil warna putih di samping trotoar pun menambah keindahan dan nuansa natural. Pagar itu diharapkan bisa mengurangi jumlah mahasiswa yang sering nongkrong. ”Dengan demikian jumlah sepeda motor yang parkir dan para PKL (Pedagang Kaki Lima) diharapkan juga berkurang”, tambah Luhur Sukamto, SH selaku Kepala Rumah Tangga UNS.

Bukan Tempat Nongkrong
Peraturan terkadang tinggallah sebuah peraturan yang keberadaannya ada untuk dilanggar. Begitu juga dengan beberapa peraturan pedagang kaki lima di UNS. Pada awal dibuatnya peraturan ”Dilarang Berjualan” semua berjalan dengan baik, tapi selang beberapa lama peraturan itu mulai dilanggar, bahkan ada beberapa papan yang dengan sengaja dibuang oleh oknum-oknum tertentu. Semua peraturan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dari semua pihak. Dibutuhkan kerja sama dari seluruh civitas akademika untuk menjaga kenyamanan boulevard.
Mahasiswa yang nongkrong di sepanjang trotoar merupakan satu hal dari berbagai masalah yang harus diselesaikan oleh pihak UNS. Boulevard yang dijadikan ajang nongkrong kadang mengganggu kenyamanan pengguna trotoar. Selain itu, gerbang depan UNS juga tampak ”semrawut” karena banyak parkiran ilegal di sekitar trotoar. Ironis ketika diketahui sebagian oknum tersebut bukan mahasiswa UNS. Boulevard dianggap sebagai tempat yang nyaman untuk bersantai. Hal-hal seperti itu sebenarnya sudah sering mendapat teguran. Akan tetapi, minimnya keamanan dan kesadaran civitas akademik sendiri yang membuat kebiasaan buruk itu susah diputus. Masalah etika pun hampir diabaikan oleh oknum-oknum yang sengaja berdua-duaan di bawah rindangnya pohon sepanjang boulevard. Akibatnya, banyak pedagang kaki lima menjamur di sepanjang boulevard.
”Apabila mahasiswa memang perlu tempat untuk nongkrong, usulkan saja pada kami. Hal-hal seperti itu seharusnya bisa ditinggalkan, kalaupun ingin ”nongkrong” bisa di tempat lain dan yang pas.” tambah kepala Pembantu Rumah Tangga UNS. Tetapi yang harus dipertanyakan adalah ketika mahasiswa meminta dibuatkan tempat tongkrongan, apakah pihak UNS akan membuatkannya tanpa syarat. Mahasiswa pun memiliki tingkat kejenuhan yang tinggi terhadap aktivitas kampus, jika itu yang terjadi, nongkrong adalah salah satu hal pelepas lelah yang pas.
Hal ini merupakan tanggung jawab semua civitas akademika UNS. Pembuatan fasilitas yang memadai dari pihak Universitas didukung oleh tingkat kesadaran tinggi dari setiap penghuninya akan menciptakan suatu kenyamanan yang diinginkan. Memang, halaman depan kampus ialah identitas kampus yang pertama kali dikenal oleh kaum awam. Ketika semuanya tertib, ”boulevard” pun bisa benar-benar menjadi cerminan dari kampus kita yang nyaman. Karena diakui atau tidak, penampilan adalah penilaian pertama dalam segala hal.[]Yulita Fonda
Reporter : Indri, Hana