BEM yang selama ini ditentang keberadaanya di FSSR akhirnya berdiri juga. Melalui perdebatan yang panjang dan melelahkan dari ...
BEM yang selama ini ditentang keberadaanya di FSSR akhirnya berdiri juga. Melalui perdebatan yang panjang dan melelahkan dari berbagai pihak, pembentukan BEM pun disetujui. Amunisi berupa program kerja segera disiapkan untuk bertempur dalam ranah FSSR, strategi-strategi organisasi pun direncanakan guna pertahanan kubu BEM.
Badan yang menyuarakan aspirasi mahasiswa ini diresmikan pada tanggal 4 Juli 2009 dan mulai bekerja saat itu. Hingga kini, lebih dari tiga bulan BEM telah melakukan kinerja awalnya sebagai badan eksekutif mahasiswa. Hasil kerjanya selama ini banyak mengundang tanya bagi semua pihak. Kenyataan bahwa BEM telah berdiri di bumi FSSR pun menjadi pertanyaan tersendiri bagi orang-orang yang ‘memperhatikan’.
Tidak sedikit kalangan melihat BEM dengan sebelah mata, komentar dari sisi baik dan buruk pun dilontarkan oleh berbagai kalangan. Citra baik yang mereka bangun dengan upaya membantu mahasiswa dalam perkara pendanaan SPP, dana kasih, dan urusan advokasi tak lantas menghapus citra buruk BEM begitu saja. Banyak kalangan menilai personil BEM merupakan penjelmaan dari personil UKM lain, meski tujuan mereka sama, yaitu untuk melayani umat.
Ketidakpopuleran dan ketidakmenarikan BEM menjadi pertanyaan yang menggelitik sebagian orang yang mengatakan bahwa personil BEM juga pengurus SKI. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar orang-orang BEM adalah pengurus atau anggota SKI. Tidak salah jika muncul rumor BEM sama dengan SKI karena secara tidak sadar SKI telah membayangi BEM.
Dalam wawancara via sms, Yudi selaku ketua SKI membenarkan adanya rumor tersebut, dan ia menyayangkan hal tersebut. Menurutnya, banyak pengurus SKI yang ikut BEM karena hanya sedikit mahasiswa yang bersedia menjadi pengurus BEM. Namun, ada juga pengurus SKI yang telah dinonaktifkan seperti Presiden dan Mendagri BEM. “karena bagaimana pun juga tugas BEM hampir sama dengan SKI yaitu melayani umat,” tambah Yudi. Ketika dimintai keterangan pada waktu berbeda, Presiden BEM FSSR, Bara menyatakan bahwa BEM adalah milik mahasiswa bukan milik SKI, jadi sebisa mungkin mereka akan menghilangkan image SKI dari BEM.
Tanpa disadari BEM telah mendapat tugas awal, yaitu untuk menghilangkan aksen-aksen SKI dalam kubu BEM. Presiden BEM sendiri mengaku bahwa dia adalah pengurus SKI namun sudah dinon-aktifkan, begitu pula dengan pengurus BEM lainnya. Sehingga totalitasnya tetap berada di BEM bukan di organisasi lain. Tugas BEM yang ini memang riskan, sehingga tidak mudah untuk dituntaskan. BEM seharusnya dapat memberi citra diri sebagai badan eksekutif mahasiswa yang tidak identik dengan organisasi tertentu.
Kinerja dan Keberadaan BEM
Dalam hidupnya yang kurang lebih baru tiga bulan ini, tentu BEM telah mengambil langkah-langkah untuk menfungsikan dirinya. Mahasiswa dapat melihat pamflet BEM pertama kali mengenai penundaan pembayaran SPP. Bara selaku presiden BEM mengatakan bahwa dalam kurun waktu satu sampai dua bulan pertama digunakan untuk penyelesaian masalah internal BEM. “Baru setelah itu, kami akan melaksanakan proker-proker yang telah di buat,” tambahnya.
Beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pun turut memberi tanggapan tentang kinerja BEM. Seperti yang diungkapkan “Pakdhe” Ketua Tesa bahwa BEM lebih membantu dalam hal informasi dari pihak dekanat ke UKM, sebelumnya juga ada BKM tapi kurang membantu. Lain halnya dengan Hamid, Ketua Sentraya Buana yang menyatakan bahwa secara teknis belum ada perubahan yang menonjol dari adanya BEM di FSSR.
Tak dapat disangkal lagi, keberadaan BEM selalu saja mengundang kontroversi. Baik pihak dekanat maupun UKM menentang adanya BEM. Karena selama ini organisasi yang mirip dengan BEM, seperti Forbes dan BKM tidak mendapat respon yang baik dari masyarakat FSSR. Apalagi dalam di usianya yang baru seumur jagung ini, BEM belum menunjukkan kinerja yang meyakinkan. “Secara teknis, dari saya pribadi, belum ada perubahan daripada yang dulu-dulu. Alias masih sama,” tutur Hamid.
Lain halnya dengan pendapat yang banyak diungkapkan mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi kampus. Mahasiswa DKV, Agustinus Ritrio Purwa Bagas Kara mengaku tidak tahu-menahu tentang kinerja BEM dalam tiga bulan ini. Ia menyarankan agar BEM dapat lebih dikenalkan oleh kalangan mahasiswa FSSR, karena pada kenyataannnya banyak yang tidak tahu tentang eksistensi BEM. “seharusnya BEM lebih dapat mengangkat nama FSSR supaya lebih dikenal,” tambahnya
“Sekarang kan sudah terbentuk, jadi ya seharusnya kita dukung agar BEM benar-benar dapat menjalankan fungsinya”, ungkap Pembantu Rektor III FSSR UNS, Drs. Sri Agus M.Pd. “Perdebatan yang dulu pun seharusnya sudah tidak perlu di bahas lagi, yang sudah ya sudah, sekarang BEM ada ya di dukung,” tandasnya.[]boy
COMMENTS