Orientasi mahasiswa baru (Osmaru) selalu meninggalkan kesan tak terlupakan di benak setiap mahasiswa. Kegiatan pengenalan mahasi...
Orientasi mahasiswa baru (Osmaru) selalu meninggalkan kesan tak terlupakan di benak setiap mahasiswa. Kegiatan pengenalan mahasiswa yang seringkali diidentikan dengan perploncoan ini begitu akrab di telinga masyarakat beberapa tahun lalu. Meski kini pemerintah telah mengeluarkan larangan pelaksanaan Osmaru dengan perploncoan, kenangan indah masa Ospek belum juga pudar dari ingatan mahasiswa yang pernah mengalaminya. Lalu bagaimanakah dengan kenangan Ospek Rektor kita?
“Dulu saya pernah disuruh berdiri dengan kaki satu di depan gerbang,” tutur Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS), Prof. Dr. H. Much. Syamsulhadi, dr. Sp. KJ. (K) seraya tersenyum mengingat kenangan masa Ospeknya di Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (FK UGM). Bagi Syamsulhadi Ospek hanya meninggalkan kenangan manis yang tak terlupakan, tidak ada dendam dan benci yang tertinggal kepada kakak tingkat seusai Ospek digelar.
Layaknya mahasiswa baru lain yang tengah diplonco, Syamsulhadi pun tak luput dari beragam hukuman yang diberikan oleh panitia Ospek. “Ada yang dilumuri lem terus digulungkan di kapas, jadi waktu keluar mirip angsa. Ada juga yang disuruh terjun ke kolam,” ungkapnya. Dia juga diminta mencari barang-barang aneh serta mengerjakan tugas yang sulit., jika tugas tersebut tidak bisa dilaksanakan maka sudah pasti dia akan mendapat hukuman. Tak jarang peserta juga mendapat makian dan bentakan dari panitia.
Selama tiga hari Ospek, pria yang hobi jalan-jalan dan berenang ini pun diminta mengenakan kostum aneh, yaitu dengan celana dilinting satu, baju terbalik, dan topi dari tumbu. Ospek tersebut digelar oleh Mamaconga (Masyarakat Mahasiswa Complex Ngasem) yang terdiri dari Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, dan Fakultas Biologi, jadi selain sebagai sarana pengakraban dengan kakak tingkat, Ospek tersebut juga mempererat hubungan mahasiswa antar Fakultas.
Pada hari terakhir Ospek, digelarlah malam inagurasi yang merupakan puncak dari acara tersebut. Panitia dan peserta saling bermaafan sehingga terlarut dalam kebersamaan yang erat, jadi seusai Ospek tak ada lagi dendam tertinggal di hati. Oleh karena itu Bagi Syamsulhadi Ospek hanya meninggalkan kenangan manis nan lucu.
Penyelenggaraan Ospek pun direncanakan dengan matang, ada tim kesehatan yang siap merawat peserta jika jatuh sakit atau cedera, jadi tak pernah ada korban jatuh atau keluhan dari mahasiswa selama Ospek berlangsung. “Dulu juga ada bentak-bentakan, tapi sifatnya tetap mendidik dan lucu jadi nggak begitu bermasalah seperti sekarang,” tambahnya.
Bagi Syamsulhadi Ospek merupakan kegiatan positif yang bisa membangun rasa solidaritas antar mahasiswa serta kecintaan terhadap Jurusan yang dipilihnya. Namun, dia tetap tidak setuju jika pelaksanaan Ospek mengandung unsur kekerasan. Syamsulhadi mengganggap konsep Osmaru sekarang sudah cukup baik karena kegiatannya lebih condong ke bidang akademik dan tanpa kekerasan. Tapi tak ada salahnya juga jika Ospek menggunakan konsep seperti saat dia kuliah dulu, asalkan tidak ada tindakan semena-mena dari senior terhadap junior. “Ospek haruslah sesuai PAKEM (Positif, Atraktif, Kreatif, Efisien, dan Menggembirakan),” tandas Syamsulhadi.[]ria
COMMENTS