Indonesia raya merdeka - merdeka... Tanah ku negeri ku yang kucinta... Indonesia raya merdeka - merdeka... Hiduplah Indonesia raya.. ...
Sorak-sorai, tawa riuh, serta tepuk tangan membahana diiringi dentuman alat musik sederhana mulai dari djembe, senar drum, gong, hingga galon air memenuhi Gedung Olah Raga (GOR) UNS selama sepekan, Senin hingga Jumat (1-5/3).
Belum lepas dari ingatan, ketika serombongan suporter Persebaya yang lebih dikenal dengan bondho nekat (Bonek) merusak rumah warga serta fasilitas sepanjang jalan kereta api di
Kehebohan dan panasnya suasana lapangan seperti itu pula yang terjadi di GOR UNS. Terlebih saat bintang lapangan yang mereka jagokan berlaga. Meski hanya permainan, tampaknya tiap tim tak hanya ingin main-main. Tim futsal putra dan putri merupakan delegasi dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan atau Program Studi (HMJ/HMP). Setiap tim tentunya menyiapkan serombongan suporternya masing-masing, meski tak semuanya disiapkan dengan koordinasi yang baik.
Meskipun hanya pertandingan tingkat fakultas, sebagian kelompok suporter rela mengkoordinir rekannya untuk berbondong-bondong menyerbu GOR. Tak tanggung-tanggung, suporter dari Sentraya Buana (SB) dan Teater Sastra (Tesa) bahkan rela berlatih menyiapkan yel-yel sebelum beranjak ke lapangan.
Nabila, satu dari suporter tim putri HMJ EDCOM (English Department Community) mengaku memiliki kebanggaan tersendiri ketika turut memberi dukungan untuk timnya. Namun, ia menyayangkan adanya sedikit kericuhan ketika pertandingan berlangsung. “Ini kan pertandingan persahabatan, untuk have fun aja dan biar bisa saling kenal. Kita juga seorang mahasiswa, harusnya bisa ngasih contoh yang baik,” ungkapnya.
Lain halnya dengan Anjang, salah satu suporter dari SB dan Forum Mahasiswa Sejarah (FMS) yang sempat dilema ketika kedua tim yang didukungnya bertemu dalam semifinal. “Bingung juga waktu itu, antara profesionalisme dan nasionalisme,” tandasnya sembari melepas tawa.
Ketua Panitia Pekan Olahraga Fakultas (POLTAS), Arif Firmansyah mengaku sempat khawatir akan terjadi kericuhan. Meski pertandingan sempat panas, namun Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FSSR sebagai penyelenggara cepat tanggap. Panitia dikerahkan untuk mengantisipasi dan mengatasi kericuhan. Dekan FSSR UNS, Drs. Sudarno, M. A. menanggapi acara ini sebagai hal positif. Ia pun tak mempersoalkan ribut kecil yang terjadi. “Yang penting masih dalam batas kewajaran, kalau nonton bola ya memang begini,” tambahnya.
Lepas dari semua kericuhan yang terjadi, memang euforia dari suporter lah yang semakin menghidupkan pertandingan. Meski bukan laga, namun ini ajang bergengsi demi pertaruhan nama. Pada akhirnya, bukan hanya sportivitas pemain yang harus diasah. Suporter pun tetap harus menjunjung tinggi nilai sportivitas.[]frh/ria
COMMENTS