Panggung: Mahasiswa melakukan persiapan sound di panggung sebelum pentas. Reporter : Trian Lesmana; Penulis : Trian Lesmana Student Day F...
Panggung: Mahasiswa melakukan persiapan sound di panggung sebelum pentas. |
Reporter : Trian Lesmana; Penulis: Trian Lesmana
Student Day FSSR UNS kembali digelar, Selasa (4/09). Acara yang diagendakan setiap tahun ini selalu mencuri perhatian warga Saseru (mahasiswa Sastra dan Seni Rupa). Kali ini, acara yang bertajuk Student Day Jilid II mengambil tema “Kampus 24 Jam”. Tema ini diambil untuk menggambarkan nuansa kampus yang sebenarnya hidup selama 24 jam, meski pada kenyataannya hanya sekitar 6 jam yang efektif. Angga, ketua panitia Student Day Jilid II, dalam sambutannya berharap mahasiswa dapat lebih lama di kampus. Artinya, mahasiswa menjadi lebih dari mahasiswa yang hanya kuliah-pulang tanpa mengikuti kegiatan penunjuang seperti Ormawa.
Ramai
Halaman FSSR tampak ramai dengan beranekaragam bentuk standOrmawa FSSR. Mahasiswa juga sudah terlihat mondar-mandir mengunjungi stand sejak pagi hari. Hal ini wajar, mengingat fakultas meliburkan perkuliahan sehari penuh. Namun, masih ada beberapa dosen yang tetap mengajar di sela-sela ‘pesta mahasiswa’ FSSR.
Student Day II memang ditujukan untuk menyambut sekaligus mengajak mahasiswa baru agar lebih mengenal Ormawa FSSR. Oleh karena itu, tiap Ormawa memanfaatkan moment ini untuk menjaring anggota baru. “Dengan adanya acara Student Day, kita akan menarik kepercayaan mereka,” jelas Bayu Pambudi, aktivis UKM Sentraya Bhuana.
Baik mahasiswa maupun aktivis Ormawa memberikan apresiasi terhadap acara ini. Mereka pun berharap acara ini tetap diadakan setiap tahun. “Acara Seperti ini tetap diadakan, semoga lebih ramai,” harap Syafi Rilla Sari, mahasiswa baru Sastra Daerah.
Meski begitu, banyak juga kekurangan yang menyertai jalannya acara ini. Persiapan yang kurang matang akhirnya menimbulkan banyak masalah. Penataan stand yang relatif sempit dan tidak rapi menjadi sorotan warga Saseru. Tidak seperti tahun kemarin yang telihat lebih rapi dan efektif.
FSSR sebagai fakultas budaya haruslah memiliki identitas budaya yang melekat pada diri FSSR. Memaksimalkan potensi Sastra dan Seni sehingga menjadi fakultas yang lebih terpandang, baik di lingkungan UNS maupun universitas di seluruh Indonesia. “Acaranya asyik. Saya Cuma menemui acara seperti ini di FSSR,” tutup Syafi Rilla.
COMMENTS