Stan dari berbagai yayasan dan komunitas turut meramaikan Expo GAPAI yang dilaksanakan di depan aula Fakultas Hukum, Kamis (19/6)....
![]() |
Stan dari berbagai yayasan dan komunitas turut meramaikan Expo GAPAI yang dilaksanakan di depan aula Fakultas Hukum, Kamis (19/6). |
Reporter dan Penulis: Nur Azizah, Sofia Naim
“Kita pengen nggak cuma kita. Kita pengen mendeklarasikannya dengan Expo GAPAI.Saya yakin semua yang ada di sini peduli, tapi kalo cuma peduli, ya sulit mengubahnya,” ujar Sahibul Wafa Tajul Arifin, Ketua Panitia Expo Gerakan Peduli Indonesia Inklusi (GAPAI).
Expo GAPAI diprakarsai oleh beberapa komunitas peduli difabel. Wafa mengatakan bahwa tujuan diselenggarakannya Expo GAPAI adalah mensosialisasikan inklusi di UNS. “Kita tahu kalau UNS sendiri sudah mendapatkan nominasi atau predikat kampus inklusi. Tapi kita lihat sekarang seperti ini. Akses kita yang untuk tunadaksanya belum memadai. Tadi kita pakai kayu (papan) buat lewat kursi roda,” kata Wafa.
Sejak 2013, UNS memang mendapatkan predikat sebagai kampus inklusi, yaitukampus yang memperhatikan pemerataan hak. “Inklusi adalah pemerataan hak. Hak itu banyak. Hak pendidikan, hak pekerjaan, itu kan hak semua. Jadi, antara difabel dengan yang normal itu sama. Pendidikannya harus sama. Nggak boleh dibeda-bedakan. Misalnya buat tunarungu. Tunarungu kalau masuk kelas biasa kan kesusahan. Jadi harusnya ada pendamping,” tandas Wafa.
Acara yang bertempat di Aula Fakultas Hukum ini diselenggarakan pada 19 Juni 2014lalu. Bentuk kegiatan Expo GAPAI meliputi seminar yang dikemas menjadi dua sesi, yaitu pagi dan siang. Pada sore harinya acara dimeriahkan oleh performing art band tunanetra, yaitu PIJAR, SLBCG, dan SLBA Klaten. Selain Seminar dan performing art, ada juga berbagai stan produk dan karya dari para penyandang difabel.
Kegiatan ini bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-UNS, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM), Pusat Studi Difabilitas (PSD), dan Toko Buku Toga Mas sebagai sponsor. Meskipun waktu persiapan yang dimiliki sedikit, Wafamerasa senang ketika melihat antusiasme dari para pengunjung. “Tadi ya awal-awal kan mulainya jam 8, tapi saya juga nggak nyangka sebelum jam 8 itu udah pada dateng. Anak-anak tunanetra seperti itu dia dateng kesini ada yang nyewa taksi. Ada yang dari UNY naik bus. Satu orang, cewek lagi,” ujar Wafa.
Yayasan Cinta Harapan Indonesia (YCHI) juga turut berpartisipasi dalam acara Expo GAPAI. YCHI bergerak dalam bidang terapi anak berkebutuhan khusus, terutama yang tidak mampu. “Terapi untuk anak berkebutuhan khusus. Jadi anak berkebutuhan khusus, entah itu autis, entah itu down syndrome, itu butuh diterapi. Terapi untuk memperbaiki mungkin perilakunya, mungkin motoriknya. Kita berdiri disitu. Menerapi anak-anak berkebutuhan khusus,” ujar Winda Dyah Uningrumjati selaku anggota YCHI.
Wafa berharap, setelah diadakannya Expo GAPAI agar masyarakat paham dan peduli dengan kaum difabel dan mendapat hak yang sama dengan yang lain dengan fasilitas yang memadai. Dengan gerakan ini UNS bisa memberikan aksesibilitas bagi difabel dengan penyetaraan hak. Bukan hanya jalan yang dibutuhkan tapi juga orang-orang yang peduli dengan bergerak untuk mensukseskan program inklusi.[]
COMMENTS