Salah satu penampilan pada acara Pagelaran Karya Hari Disabilitas Internasional di TBJT pada Sabtu (15/12). Reporter: Rahwiku T. Mahanani, S...
Salah satu penampilan pada acara Pagelaran Karya Hari Disabilitas Internasional di TBJT pada Sabtu (15/12). |
Reporter: Rahwiku T. Mahanani, Sofia Naim
Penulis: Sofia Naim
Pagelaran Karya Hari Disabilitas Internasional dilaksanakan di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Surakarta pada Sabtu (13/12). Acara ini merupakan agenda rutin tahunan yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Prodi Pendidikan Luar Biasa (HMP PLB) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), UNS. Memasuki tahun keempat, event akbar untuk difabel se-Solo Raya ini mengangkat tema “Semangat Kebersamaan dalam Kesetaraan”.
Dalam acara ini HMP PLB mengundang Sekolah Luar Biasa (SLB) se-Solo raya, komunitas-komunitas yang bergerak untuk kesetaraan difabel, dan juga 60 guru beserta kepala SLB. Selain itu, hadir pula F.X. Hadi Rudyatmo, Walikota Solo yang memberikan sambutan sekaligus membuka acara ini.
Selain memperingati Hari Difabel Internasional yang jatuh pada (3/12) lalu, Pagelaran Karya Hari Disabilitas Internasional bertujuan untuk mensosialisasikan dan menunjukkan kepada masyarakat prestasi-prestasi yang mampu diraih oleh anak-anak berkebutuhan khusus. Acara dimulai sejak pagi hingga malam hari dengan beberapa rentetan kegiatan seperti; pentas seni, lomba menggambar dan mewarnai tingkat TK/TKLB dan SD/SDLB. Arozi S, salah satu panitia mengungkapkan HMP PLB bersama dosen nantinya juga akan mengadakan bimbingan untuk para guru mengenai bagaimana cara mengidentifikasi bakat seni dari anak berkebutuhan khusus seperti ini.
Salah satu volunteerkomunitas Gerakan Peduli Indonesia Inklusi (GAPAI), Ayun mengungkapkan pentingnya pegelaran karya semacam ini untuk mensosialisasikan kepada masyarakat tentang potensi anak berkebutuhan khusus disamping kekurangan yang mereka miliki. “Menurut saya sebagai mahasiswa kita harus berperan. Jadi kita itu nggak beda kok sama mereka. Kita itu sama. Jadi menurutku harus ada penyetaraan. Jadi emang acara kayak gini itu mensosialisasikan kepada orang-orang kalokita itu sama,” ujarnya.
Apri, salah satu ibu dari peserta lomba mewarnai juga menuturkan bahwa acara ini menjadi salah satu ajang untuk anak dapat mengekspresikan dirinya. “Apalagi yang berkebutuhan khusus, mereka kan juga punya hobi sama minat,” tegasnya.
Kegiatan semacam ini diharapkan mampu merangkul anak-anak berkebutuhan khusus dengan tidak adanya diskriminasi terhadap mereka, karena pada dasarnya mereka pun juga memiliki hak yang sama seperti kita. Arozi menegaskan bahwa di dunia ini tidak ada anak yang cacat, yang ada hanyalah mereka yang berbeda.[]
COMMENTS