doc. pixabay.com Penulis: Alieza Nurulita Dewi Apa yang ada dibenak kalian ketika mendengar kata media sosial? Mungkin pikiran anda akan te...
![]() |
doc. pixabay.com |
Penulis: Alieza Nurulita Dewi
Apa yang ada dibenak kalian ketika mendengar kata media sosial? Mungkin pikiran anda akan tertuju pada media sosial seperti facebook, twitter, blog, path, instagram atau sejenisnya. Pada dasarnya media sosial merupakan media yang digunakan untuk bersosial. Bersosial berarti berhubungan, melakukan hubungan sosial dengan yang lain. Bersosial dilakukan dengan berinteraksi satu sama lain dengan sarana online. Keduanya bisa saling terhubung jika sama-sama mempunyai jaringan untuk saling mengakses.
Kemajuan teknologi sekarang ini, memaksa kita (mungkin termasuk saya) untuk terus bergerak mengikutinya, menggapi dengan dalih untuk menjangkau dunia dan seisinya. Apa yang kita butuh tentang suatu hal (termasuk untuk mendapatkan informasi tentang seseorang) dapat dengan mudah diperoleh dengan keterampilan yang kita punya. Keterampilan untuk bisa mengetahui hal-hal yang berkaitan dengannya. Keterampilan merupakan kecakapan untuk menyelesaikan tugas, dalam hal ini tugas untuk mendapatkan informasi dengan mengakses media sosialnya.
Media sosial sebagai media yang digunakan sebagian orang untuk membagi apa yang sedang dirasa, yang sedang dilakukan, dan apapun yang sebenarnya tidak layak dibagi pun terkadang masih banyak yang melakukannya. Dalam menggunakan media sosial seharusnya kita sebagai pelaku yang menjalankannya harus lebih pintar dengan media yang sedang kita jalankan. Bukan sebaliknya, dikendalikan oleh media itu.
Dalam media sosial, setiap orang akan terbentuk menjadi sebuah jaringan yang saling berhubungan. Termasuk mengetahui dengan siapa saja orang itu berhubungan (dalam media sosial). Dengan begitu, diakui memang, jaringan yang terbentuk membuat leluasa seseorang untuk mengetahui apapun yang sedang terjadi pada orang lain, tentunya dengan keterampilan dalam kecakapan yang dimiliki. Apalagi jika ada seseorang yang sedang penasaran dengan orang lain, media sosial pasti akan membantunya.
Dengan media sosial dapat mengetahui tentang apapun mengenai orang yang sedang diintai. Seseorang menjadi terampil dalam bertindak dan menjalankan media sosial. Menjaga setiap gerakan jarinya untuk sekedar menggeser ke atas ke bawah untuk mengetahui informasi yang diharapkannya. Tentunya dengan pikiran dan hati yang berdebar. Bahkan perasaan waswas pun turut menyertainya, karena jika apa yang didapatkannnya dari menjelajah media sosial tidak sesuai harapan, maka ia akan merasa bahwa dunia sedang berhenti sejenak dalam perputaran.
Keadaan seperti itu akan mempengaruhi alam bawah sadar orang yang sedang menjalankan misinya. Perasaan menyesal pasti akan selalu ada setelah mengetahui apa yang tidak diharapkannya. Namun daya tarik media sosial semakin kuat, nyatanya di lain hari si orang itu pun akan kembali melakukannya. Menggerakkan jari-jarinya, lebih berhati-hati lagi, tanpa memperdulikan keadaan hati nya yang getir seperti sebelumnya.
Bukannya mengendalikan diri untuk tidak terpikat pada daya tarik media sosial, justru malah sebaliknya. Akan terus menggali informasi melalui media sosial itu, tentunya dengan konsekuensi yang sama seperti lalu. Hal tersebut sebagai bukti, bahwa media sosial telah mengendalikannya. Bahkan media sosial juga telah mengajarkan untuk lebih terampil dalam mendapatkan segala informasi. Termasuk keterampilan untuk mengolah “data” dan menarik kesimpulan.
Tentunya, sebagai pelaku yang menjalankan media tersebut, kita tak lagi berdaya maupun menolak dengan apa yang ditawarkan media sosial. Media sosial memang telah mengajarkan keterampilan, nampun satu yang tidak (atau belum) diajarkannya yaitu, keterampilan untuk mengolah rasa kecewa.[]
Kudus, 29 Januari 2015
COMMENTS