Sore yang hampir tenggelam itu seakan turut menanti detik-detik debat capres-cawapres BEM FIB. Selama hampir dua tahun, kabinet Cendekia Mu...
Sore yang hampir tenggelam itu seakan turut menanti detik-detik debat capres-cawapres BEM FIB. Selama hampir dua tahun, kabinet Cendekia Muda menduduki singgasananya. Kini saatnya, ia harus turun dari tahtanya dan menyerahkannya pada kandidat yang tepat.
Debat Capres-Capwapres yang dipimpin oleh Gun-gun Gunawan, mawapres FIB 2016 itu diselenggarakan pada Rabu (14/9/2016), di gazebo FIB. Petang yang hampir hilang telah disulap menjadi seperti pagi yang penuh gelora meneriakkan semangat perubahan. Dua pasangan capres-cawapres duduk di depan para peserta debat dan beberapa panelis. Mereka membacakan visi dan misi masing-masing pada permulaan debat. Pasangan Mustofa-Laely merancang tiga misi untuk merealisasikan visinya. Sedangkan, Miftah-Vita juga merancang tujuh misi untuk merealisasikan visinya. Berikut adalah visi-misi masing-masing kandidat:
Calon I (Mustofa-Laely)
Visi : Mewujudkan BEM FIB yang lebih solid, terintegrasi, dan komunikatif
Misi :
meningkatkan sistem kaderisasi yang lebih baik bagi terciptanya kesolidan fakultas
mewujudkan iklim keorganisasian yang aktif dan terintegrasi
menjadikan BEM FIB yang lebih komunikatif di lingkungan civitas akademika FIB
Calon II (Miftah-Vita)
Visi : Terwujudya BEM FIB Sebagai organisasi mahasiswa profesional yang bertaraf kritis, sportif, dan berintegritas.
Misi :
Meningkatkan penjagaan dan penguatan pengurus guna terciptanya kesolidan internal BEM FIB
Menciptakan tata kelola administrasi Badan Eksekutif Mahasiswa FIB yang baik dan terkontrol
Meningkatkan pengurus BEM FIB yang profesional dan kritis dalam bekerja di lembaga
Menjadikan BEM sebagai rumah dan sumber informasi, advokasi, serta pelayanan bagi mahasiswa FIB
Menciptakan suasana intelektual yang progresif dengan menggalakkan wacana keilmiahan, kemahasiswaan, dan kebudayaan di FIB
Membangun koordinasi dan sinergitas BEM dengan seluruh organisasi mahasiswa serta himpunan mahasiswa di FIB
Memperluas jaringan BEM di tingkat universitas dan Fakultas Ilmu Budaya se-Indonesia
Sudah hampir dua tahun, BEM FIB belum melakukan pergantian kabinet. Semua itu dilandasi dengan dalih mulai dari minat organisasi mahasiswa FIB yang minim, kesolidan internal yang belum berhasil, hingga minimnya kepedulian dari masyarakat FIB yang menyebabkan berbagai proker BEM terkendala. Namun, cita-cita beberapa mahasiswa untuk menggapai cita-cita tersebut, akan tersibak sebentar lagi. Tinggal membuka tirai dan menanti kejutan yang akan terjadi. Hadiah istimewa untuk menyambut akhir tahun ini. Pergantian kabinet akan mewujud selangkah lagi. 19-20 September adalah hari penentuan masa depan FIB.
Kedua calon mengakui segala kekurangan BEM FIB pada kepengurusan ini. Para kandidat mengungkapkan bahwa BEM FIB masih memerlukan evaluasi dan perbaikan untuk masa depan FIB. Mereka menginginkan terciptanya masyarakat FIB yang saling peduli, sinergitas seluruh organisasi mahasiswa yang terjaga, dan perubahan ke arah perbaikan.
Pada saat debat capres-cawapres yang diselenggarakan Rabu sore itu, ada satu pertanyaan yang menarik yang diutarakan oleh salah seorang panelis. Pertanyaan ini berawal dari pernyataan salah satu pasangan capres-cawapres yang menyatakan, “Di sini memang kami menekankan untuk perubahan dan perbaikan. BEM itu dari mahasiswa dan untuk mahasiswa,” tegas capres no urut 2, Miftah dengan nada berapi-api.
Perubahan dan perbaikan itu seperti apa? Perubahan dan perbaikan dalam hal internal, proker, atau fakultas?
Diawali pula oleh jawaban dari pasangan nomor urut 2. “Dari perbaikan, dari visi misi kabinet yang sebelumnya pun itu kan tidak semuanya buruk dan tidak semuanya harus dibuang. Jadi, perbaikan ya dari itu. Mungkin, kita bisa mengevaluasi. Mungkin, ada proker A. Misal, PKKMB. Tahun lalu, ada seperti ini seperti ini. Pada tahun selanjutnya, kita memberikan gebrakan masa PKKMB-nya. Kita yang melibatkan semua masyarakat FIB untuk itu. Jadi, perbaikan dari situ. Jadi, kita tidak langsung membuang proker yang dulu. Kita bisa memperbaiki. Misal, ada LSO, kita bisa memperbaiki. Tidak hanya staf yang disitu-situ saja. Untuk perubahan, kita akan membuat program baru seperti program yang sudah kami rancang. Kita pengen di FIB itu juga ada bursa mahasiswa. Dimana kita sederhana hanya menargetkan membuat merchandise dari FIB. Itu juga dapat meningkatkan rasa memiliki FIB ini bersama-sama. Jadi, tidak hanya BEM yang mempunyai FIB, seperti itu.”
Sedangkan Mustofa Adi Nugroho (capres nomor urut 1) yang telah lebih lama berkecimpung di BEM FIB dan memandang bahwa BEM saat ini lebih membutuhkan terwujudnya kesolidan internal. “Yaitu mewajibkan semua kabid dan sekbid untuk hadir dalam semua acara BEM, karena saya rasa selama di BEM FIB, setiap acara itu pasti ada beberapa menteri yang memang tidak pernah hadir. Dan itu berimbas pada acaranya. Ketika dia punya acara, yang lain itu tidak hadir, karena dia selalu tidak hadir dalam kementerian lain. Untuk perbaikan, kami akan mengadakan acara insidental, seperti makan bareng di sekre. Terus yang ketiga, kami berdua akan membuat jadwal jaga sekre BEM. Ini yang seharusnya sudah dibuat. Ketika saya di sekre itu isinya ya itu-itu aja. Tiga hal itu sudah mewakili kedua pertanyaan itu.” []
Nur Azizah
COMMENTS