Judul : Sederhana Saja Penyany i : Soloensis Single : Single Release Tahun : 20 16 Penci...
Judul : Sederhana Saja
Penyanyi : Soloensis
Single : Single Release
Tahun : 2016
Pencipta : Gema IsyakAdam
Cover Album Single Realease |
Grup band bergenre Musik Rock tersebut terbentuk pada awal tahun 2008. Lahirnya Soloensis sendiri dilatarbelakangi oleh kakak beradik, adalah Pungkas Pinundi(Gitar) dan Gema Isyak Adam (Voc/Gitar). Sedangkan personil sekarang beranggotakan Gema Isyak A (voc/ guitar), Pungkas pinundi (Voc/ guitar ), Janu Joni (Bass) Galang D Biondi (Drum). Siklus metamorfosa sebuah band yang identik dengan pergantian formasi memang sering terjadi, demikian juga pada Grup Band bergenre Rock ini. Adanya penyebutan nama Soloensis yang melekat pada Grup Band ini dilatarbelakangi oleh semangat kejantanan dari beberapa personilnya. “Pemilihan nama SOLOENSIS itu hanya sebatas penganggapan. Jadi kami menganggap jantan dengan menamaninya”, pungkas salah satu personil Soloensis.
Setelah beberapa tahun silam merilis Debut Album "self titled" dan telah disampaikan dari panggung ke panggung dan bertemu teman-teman baru dengan semangat baru, senandung demi senandung, setelah "self titled" tahun lalu sudah rilis, Soloensis di hari Kamis 25 Februari 2016 menyambungnya dengan senandung Single yang bertajuk "Sederhana Saja".
Antusiasme kawula muda/mudi sederhana terhadap single ini diterima dengan hangat. Bisa dibilang lagu ini berbeda dengan jenis lagu-lagu kawula muda pada umumnya, jauh dari nuansa romansa dan lebih lagi tidak terkandung irama menye-menye. Lirik yang menggambarkan kesederhanaan apa adanya yang seharusnya menjadi bekal insan manusia dalam menghadapi era modernisasi, era-era dimana tradisi menumpahkan daripada menahan, serta budaya melampiaskan daripada mengendalikan. Pesan tersebut kami temukan dalam salah satu penggalan lirik “Hilangnya budaya laku menahan, semua diumbar bebas tak ada yang ditahan”.
Penggalan lirik diatas yang seharunya menjadikan kita berpikir. Meskipun terkadang pendengar lagu hanya berpatok pada alunan yang indah dan enak didengar, tanpa memikirkan pesan-pesan yang terdapat disetiap lirik secara mendalam. Berpikir ihwal laku hidup manusia dalam mencari apa yang orang lain cari yaitu kebahagiaan, rentan disikapi dengan cara saling berkompetisi. Budaya yang berbasis vis-a-visdengan sesama manusia lainnya dalam berkompetisi seolah-olah sudah menjadi budaya tersendiri.
Kelebihan dari beberapa penggalan lagu ini memang begitu menarik untuk dibedah, terlebih lagi jika menanyakan langsung kepada penulis lagu, latar kondisi yang terjadi ketika lahirnya single Sederhana Saja. Lirik yang dibalut dengan musik beraliran Rock seakan-akan memberi nuansa protes terkeras terhadap keadaan yang ada. Protes dengan sistem budaya manusia yang menjadikan hidup sebagai ajang kompetisi, hemat kami. Pilihan laku untuk hidup semampunya saja dalam penggalan lirik Sedehana Saja tak lantas menjadikan kita berpraduga pesan dilagu tersebut mengajarkan untuk berkeyakinan bahwa setiap manusia terpaksa oleh takdir tanpa memiliki pilihan dan usaha dalam perbuatannya, seperti cara pandang yang erat kaitannya dengan laku hidup Jabariyyah.
Beberapa bait dalam lirik-lirik yang dibawakan dengan nada jeritan tersebut di jawab dalam sebuah pertanyaan berkaliber filsuf, “Kita kan jadi apa, berlaku untuk siapa?”. Penggalan lirik yang seharunya menjadi bahan pemikiran pada setiap insan yang mau menggunakan nalar pikir dan nuraninya kembali sebagai dapur pacu untuk terus merefleksi akan apa yang menjadi laku hidup kita, ihwal segala perbuatan yang seharusnya dilandasi oleh semangat spiritual seakan-akan tidak menarik lagi, tergantikan oleh semangat material, semangat untuk selalu berkompetisi satu dengan yang lainnya dalam hal duniawi. Sehingga rentan lupa akan kesadaran bahwa hidup ini adalah bagian dari dosis, untuk tidak terlalu kurang dan tidak terlalu berlebih.
Perspektif dalam beberapa penggalan diatas kami elaborasikan dengan statemen singkat Soloensis terkait lahirnya lagu Sederhana Saja. Menukil beberapa statemen Soloensis dalam sebuah blognya mengungkapkan, “Seperti halnya yang ada di matematika, penyederhanaan itu perlu dan butuh, agar segala sesuatu lebih mengerucut dan tampak jelas, mana aku, mana dia, mana mereka, mana kita. Seperti halnya menguraikan tali yang "terurai" harus sedikit demi sedikit, demi mengerti pangkal dan ujung”.
Memang, era informatika yang memanjakan membawa kita untuk ingin merasakan segala yang di informasikan, tidak dipungkiri juga, semua jenis penawaranya sangat menggoda, mengajak kepada berjuta keinginan, jauh dari niat bernasehat apalagi berfatwa, semoga kami sendiri lekas sederhana dan saja. menyederhanakan bukanlah hal yang sederhana, karena ternyata lawannya ada di dalam diri sendiri, nafsu.
Khoiri Habib Anwari
Mahasiswa Peternakan UNS, koboi yang suka bermusik
COMMENTS